AksiI masyarakat Desa Koto Cengar dan Seberang Cengar, Kenegerian Cengar Kecamatan Kuantan Mudik, Selasa (8/6) sekitar pukul 13.00 WIB berakhir bentrok. Bentrokan terjadi di simpang empat Desa Cengar menuju areal perusahaan PT Tri Bhakti Sarimas dan areal perkebunan masyarakat yang di kelola KUD Prima Sehati.
Satu orang dilaporkan tewas dalam insiden ini. Dalam aksinya, masyarakat menuntut agar dikembalikannya pada MoU Pantai tahun 1997 dan percepatan Pelaksanaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) KUD Prima Sehati yang tertunda pelaksanaannya. Anggota satuan Polres Kuansing pada saat itu ingin menjemput M Zein, yang menjadi tersangka pelaku aksi anarkis sebelumnya.
Namun, di ruas simpang empat Desa Cengar, mereka bertemu dengan sekitar 500 anggota masyarakat Kenegerian Cengar yang sudah sejak beberapa hari lalu melakukan aksi demo dan unjuk rasa di kawasan tersebut. Satuan Polres Kuansing yang menggunakan mobil patroli Polsek Kuantan Mudik yang terdapat Kapolsek Kuantan Mudik AKP Syafri Joni SE, langsung keluar dari mobil.
Pasalnya massa sudah beringas dengan menggunakan senjata tajam dan parang. ‘’Mobil Polsek Kuantan Mudik langsung dibakar warga. Untung saja Kapolsek Kuantan Mudik yang berada di dalam mobil langsung keluar,’’ kata Kapolres Kuansing AKBP Rudi Abdi Kasenda dalam konferensi pers usai kejadian di Mapolres Kuansing.
Rudi Abdi Kasenda mengatakan, mobil Polsek Kuantan Mudik langsung dibakar masssa, sehingga anggota Polres Kuansing yang di-back-up satuan Brimob Polda Riau tak bisa menghindarkan bentrokan massa. Satu orang anggota Polres Kuansing yang ikut dalam pasukan pengamanan dan pembubaran kerumunan massa warga tersebut terkena bacok pleh senjata tajam warga. Puluhan anggota lainnya mengalami lemparan batu. Anggota gabungan Polres Kuansing yang berkisar sekitar 270 orang lebih ini, sudah berupaya membubarkan aksi penyerangan warga yang sudah menyerang aparat kepolisian dengan melepaskan tembakan peringatan berulang kali. ‘’Saat kita melepaskan tembakan peringatan ini, mereka bubar,’’ kata Polres.
Namun, saat warga yang melakukan unjuk rasa telah bubar, anggota yang turun dan sudah terdesak serangan warga yang jumlahnya terlalu banyak, tidak melihat ada warga yang tertembak dan meninggal dunia. ‘’Di lokasi kejadian tidak ada kita temukan ada warga yang terkena tembak. Baru setelah pasukan ditarik dan saya sudah pulang dari Polsek Kuantan Mudik, saya dapat informasi ada warga yang katanya terkena tembak. Dan ditemukan meninggal dunia di areal perkebunan,’’ ujarnya.
Dikatakan Rudi Kasenda, kondisi tersebut harus diperiksa ahli forensik betul atau tidak kebenarannya. ‘’Siapa yang menemukannya, di mana, bagaimana saat ditemukan mayat ibu janda tersebut. Kalau ada yang tahu, kita minta informasinya,’’ ujar Kapolres. Informasi yang diterima dari jajarannya yang berada di lapangan, wanita yang meninggal dunia tersebut bernama Jusniar (48), warga Desa Seberang Cengar yang ditemukan di kebun sawit. Sementara seorang warga lainnya yang mengalami cedera yang diduga terkena tembak, setelah dilakukan pengecekan diketahui bernama Disman (45) asal Desa Kasang Lubuk Jambi, Kecamatan Kuantan Mudik.
Ketika satuan anggota Polres dan beberapa dari Polsek serta Brimob Polda Riau tersebut akan bergerak meninggalkan lokasi bentrokan dengan maksud menghindari terjadinya bentrokan yang lebih besar, terang Kapolres, mereka mendapat hadangan. Ruas jalan yang dilalui ke lokasi menuju arah Cengar sudah dihambat dengan sejumlah batang kayu yang sengaja diletakkan di ruas jalan yang akan dilalui anggota kepolisian. Namun pihaknya tetap bergerak mundur menghindari bentrokan yang lebih jauh.
Kapolres Kuansing yang didampingi Waka Polres Kompol Muji Supriyanto, Kasat Reskrim AKP Firman VW Sianipar SH lebih rinci menceritakan ihwal semakin meruncingnya konflik KUD Prima Sehati dengan masyarakat selaku anggota KUD. Dikatakannya, aksi demonstrasi ini berawal pada tanggal 9 Mei 2010, masyarakat melakukan unjuk rasa yang dimotori Aliansi Mahasiswa Masyarakat Pucuk Rantau Bersatu, di perusahaan PT Tri Bakti Sarimas menuntut masalah MoU Pantai tahun 1997, yang menurut mereka setelah lima tahun di kembalikan lahan milik mereka.
Sebagai pihak keamanan, pihaknya sudah menfasilitasi pertemuan agar tidak melakukan tindakan anarkis dalam aksi unjuk rasanya. Namun tindakan anarkis tetap terjadi. Salah seorang pengurus KUD Prima Sehati saat itu, mendapatkan tindak penganiayaan, yakni Buyung Suherman. Mobil miliknya dibalikkan dan dirusak.
Selanjutnya, Kamis 13 Mei 2010, yang dihadiri sejumlah pejabat Pemkab, pihaknya kembali memfasilitasi agar aspirasi masyarakat tersalurkan dan tidak terjadi tindakan anarkis. Dalam pertemuan tersebut, hadir langsung Bupati Kuansing H Sukarmis, Ketua DPRD Muslim SSos, Kajari Teluk Kuantan Maryono SH MH, Kapolres, pihak perusahaan dan perwakilan pengurus KUD Prima Sehati.
Dalam pertemuan tersebut, direncanakan akan dilaksanakan RAT KUD Prima Sehati tanggal 23 Mei 2010. Tapi, pengurus kemungkinan belum bisa dilakukan RAT karena belum ada persiapan termasuk pendanaan untuk pelaksanaan RAT. Pengurus KUD mengundur pelaksanaan RAT tanggal 12 Juni. ‘’Mundurnya waktu pelaksanaan RAT inilah yang menimbulkan kurangnya kepercayaan masyarakat,’’ ujar Rudi Abdi Kasenda.
Sejak diundurnya pelaksanaan RAT inilah, masyarakat mulai melakukan penjarahan buah sawit dan pemblokiran mobil angkutan sawit milik perusahaan. Kondisi ini terus berlarut. Saat ada hajatan salah seorang pengurus KUD Prima Sehati Buyung Suherman sekitar 5 Juni 2010 lalu, mobil karyawan KUD dan security serta kepala personalia PT Tri Bakti Sarimas H Abu Bakar dicegat oleh warga bernama M Zen, Joni, dan kawan-kawan. Kunci mobil pun diambil.
Bahkan, dua hari lalu dilakukan pembakaran camp karyawan milik perusahaan PT Tri Bakti Sarimas sebanyak 10 pintu. ‘’Namun tidak ada saksi siapa yang melakukan, dan tersangkanya tidak ada. Karena karyawan kabur semuanya,’’ ujarnya.
Karena semakin brutal, Pihak Polres Kuansing menetapkan M Zen dan kawan-kawan sebagai tersangka yang melakukan tindakan anarkis sejak awal ujuk rasa. Selasa (8/6) kemarin, pihaknya ingin menjemput M Zen di kediamannya. Tetapi belum sampai di kediamanan M Zen, anggotanya dihadang oleh ratusan massa dengan membawa parang, kayu, serta bensin. ‘’Yang buat susah itu, mereka membawa ibu-ibu dan anak-anak,’’ tambahnya.
Karena jumlah masyarakat lebih banyak, pihaknya mundur. Tapi bentrokan tidak terhindarkan lagi. Mobil patroli dibalikkan dan dibakar. Namun Kapolres mengakui, atas kejadian bentrok tersebut sebanyak 11 orang pelaku unjuk rasa yang melakukan pelemparan dibawa ke Polres dan dimintai keterangan.
Camat Kuantan Mudik, Efrizon Marzuki AP MSi, menyayangkan peristiwa ini yang merenggut korban jiwa. Meski belum pasti penyebabnya, mayat Jusniar sempat divisum di Puskesmas Lubuk Jambi. Hasil visum tersebut bagian punggung hingga dada kanan tembus yang diperkirakan akibat benda tajam. Ia berharap, persoalan ini bisa segera dituntaskan.
Satu Dirawat di RSUD
Sementara itu, Disman (45) warga Desa Kasang Lubuk Jambi Kecamatan Kuantan Mudik yang hadir dalam kejadian tersebut, diisukan meninggal, ternyata masih hidup. Pasalnya, menurut warga, Disman terkena peluru pihak kepolisian. Disman yang ditemui Riau Pos di ruang sal II Bedah RSUD Teluk Kuantan, Selasa (8/6) malam mengatakan, dirinya tidak tahu apa yang menembus bagian perut bawahnya.
Saat kejadian, dirinya datang untuk ikut meminta haknya pada KUD. Pasalnya, ia memiliki lahan kebun sawit di titik 43 desa Cengar Kecamatan Kuantan Mudik. Dari sekian panjang rombongan warga yang melakukan unjuk rasa, dia berada di bagian belakang. Saat sampai di lokasi kejadian, bentrokan sedang terjadi. ‘’Ketika itu saya ingin meletakkan sepeda motor saya di tempat yang sedikit aman. Tapi pas membalikkan badan, mendadak perut saya seperti diserempet sesuatu, yang langsung mengeluarkan darah. Dan saya tidak tahu apa,’’ ujarnya. Dari hasil pemindaian, tidak ditemukan ada peluru.
Masih Berkumpul
Hingga pukul 13.00 WIB kemarin siang, di ruas jalan Simpang Empat Desa Cengar Kecamatan Kuantan Mudik, masih terus berlanjut hingga malam. Warga datang ke Mapolsek Kuantan Mudik sekitar pukul 17.00 WIB. Bahkan hingga pukul 21.30 WIB, warga masih berada di ruas jalan lintas di depan Mapolsek Kuantan Mudik.
Sementara aparat kepolisian terus berjaga-jaga dengan senjata api. Di Mapolsek terlihat Kapolsek Kuantan Mudik AKP Sapri Joni, Kapolsek Kuantan Tengah AKP Supriono, Kapolsek Hulu Kuantan AKP Ben Hardi, Kapolsek Benai IPTU Masjang serta sejumlah perwira lainnya di Mapolres Kuansing. Atas aksi pendudukan ruas jalan tersebut, truk, bus dan mobil lainnya tak bisa lewat. Mereka terpaksa berhenti dan tidak bisa jalan.
Lebih dari satu kilometer antrean panjang truk, bus dan mobil lainnya menuju arah Sumatera Barat. Aksi yang dilakukan warga ini menuntut 11 orang rekannya dilepaskan Polres Kuansing. Baru pukul 22.10 WIB, 11 orang rekannya yang dibawa Polres setelah kejadian bentrokan dengan aparat dilepaskan. Namun, mereka masih tetap bertahan hingga berita ini diturunkan.
Berharap Damai
Sementara itu, Pimpinan KUD Prima Sehati, Ilyas Yakup, yang dikonfirmasi terpisah terkait bentrok meminta masyarakat untuk tetap menyelesaikan permasalahan secara damai. Pihaknya sendiri sampai saat ini terus berupaya memberikan penjelasan terkait permasalahan yang terjadi. Hanya saja, diakui dia, memang ada beberapa hal yang masyarakat terus mempertanyakan, di antaranya adalah terkait hasil kebun yang terlalu kecil.
‘’Kami sudah menjelaskan, bahwa hasil panen memang sedikit. Karena, memang belum secara keseluruhan kebun bisa berbuah merata. Di samping itu, juga ada kerja sama antara koperasi dengan PT Tri Bakti Sarimas sebagai mitra kelola dan tidak mungkin membuat keputusan sendiri,’’ ungkap Ilyas.
Begitupun, terkait dengan kondisi terakhir di lapangan, Ilyas juga menjelaskan pihaknya berencana Rabu (9/6) besok akan melakukan pertemuan dengan pihak PT TBS untuk mendudukkan permasalahan yang menjadi pemicu terjadinya aksi di lapangan. ‘’Ya, kami sudah berencana melaksanakan pertemuan dengan pihak TBS, selanjutnya hasil pertemuan itu yang akan kita sampaikan kepada Dinas Perkebunan, supaya permasalahan ini tidak sampai salah dimengerti,’’ jelas Ilyas Yakup yang mengaku sepanjang hari kemarin terus menerima telepon terkait bentrok yang terjadi di lapangan.
Disesalkan
Insiden penembakan ini menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi pemuka adat Kuantan Singingi, Datuk Bisai XII Edyanus Herman Halim. ‘’Aparat keamanan hendaknya jangan menggunakan senjata kepada rakyat karena senjata itu dibayar dengan pajak rakyat. Harus tetap menggunakan cara-cara persuasif dan diplomatis,’’ ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Kuantan Singingi, Drs H Mursini saat dikonfirmasi malam tadi mengimbau kedua belah pihak untuk dapat saling menahan diri untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Bagaimana pun, disebutkan dia, tidak ada permasalahan yang tidak terselesaikan bila semua pihak bisa saling menahan diri.(dac/bud/muh)
redaksi@riaupos.com