Pages

Subscribe:

Tokoh Kuansing Redam Konflik

211 klik Beritahu Teman

Tokoh Kuansing Redam Konflik

ORASI: Mahasiswa asal Kuantan Singingi melakukan orasi di depan Mapolda Riau, Rabu (9/6/2010) memprotes peristiwa ‘’Kuansing Berdarah’’ di Cengar, Kuantan Mudik.(said mufti/riau pos)

Laporan TIM RIAU POS, Pekanbaru dan Telukkuantan
redaksi@riaupos.com
PASCA-konflik yang terjadi antara warga Kuantan Mudik bersama aparat kepolisian, tokoh masyarakat asal Kuansing yang berada di Pekanbaru langsung melakukan pertemuan. Pertemuan difasilitasi oleh Ikatan Keluarga Kuantan Singingi (IKKS) Pekanbaru bersama sejumlah tokoh masyarakat asal Kuansing, Rabu (9/6) di sekretariat Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR).

Hadir dalam pertemuan itu, mantan Bupati Kuansing yang kini menjadi anggota DPRD Riau Asrul Jafar, Sekretaris Umum FKPMR Levna Ervan, Abu Bakar Sidik, Edyanus Herman Halim, Mardianto Manan dan lainnya. Adalah Ketua Harian IKKS Pekanbaru Endriarto Ustha yang langsung membuka pertemuan seraya menyampaikan konflik yang terjadi di Kabupaten Kuansing di hadapan para tokoh masyarakat Kuansing.
Sekretaris Umum FKPMR yang juga tokoh masyarakat asal Kuansing Levna Ervan mengatakan, dirinya baru saja pulang dari Kuansing melihat kejadian yang dialami warga di sana. Selama melihat di lokasi kejadian, emosi masyarakat bercampur sedih. Apalagi salah seorang warganya meninggal dunia, ditambah lagi delapan orang luka kritis dan puluhan lainya luka-luka. “Kondisi di sana kurang kondusif di mana emosi bercampur rasa sedih dialami warga akibat konflik yang terjadi,’’ ujar Levna.
Tokoh masyarakat Kuansing lainnya Edyanus Herman Halim mengatakan, konflik ini jangan sampai menimbulkan konflik horizontal, dan ini harus diantisipasi. Persoalannya sekarang adalah tindakan apa yang bisa kita lakukan bagi warga di sana, agar jangan merembes ke mana-mana.
Edyanus juga mendapat laporan ada rumah yang terbakar. Melihat kejadian ini, tokoh masyarakat Kuansing lainnya, Haris, mengatakan, para tokoh masyarakat Kuansing yang ada Pekanbaru harus turun ke sana menjumpai warga. Karena mereka sangat memerlukan dorongan dan semangat semua yang ada di sini untuk menyelesaikan persoalan mereka. Tokoh masyarakat di sini dianggap orang yang netral karena tidak pro ke KUD ataupun kontra.
‘’Jadi saya sarankan, malam ini ataupun pagi besok kita semua bersama-sama turun ke Kuansing untuk menjenguk saudara kita di sana. Melalui pertemuan ini juga, sekadar mengusulkan sebaiknnya aparat kepolisian tidak berada di sana ataupun hadir di sana, karena masyarakat trauma dan bercampur emosi akibat ulah polisi yang bertindak brutal,’’ katanya.
Pertemuan ini berlangung alot, di mana masing-masing orang memberikan saran dan juga masukan untuk penyelesaian konflik ini. Namun dalam pembahasan ini sempat terjadi perdebatan yang menyangkut tim penyelesaian, antara keterlibatan TNI, polisi dan Pemkab Kuansing.
Sebagian dari mereka menginginkan agar Pemkab Kuansing yang menyelesaikan, tanpa melibatkan TNI, sementara yang lainnya, perlu dilibatkan TNI, dalam hal ini Korem untuk berbaur bersama warga dan mencegah terjadinya konflik lagi. Namun perdebatan itu akhirnya menemui jalan keluar, yakni dengan berbagai pertimbangan yaitu melibatkan TNI namun tidak juga mengabaikan Pemkab Kuansing.
‘’Jika masih melibatkan polisi di sana, kita khawatir akan kemarahan warga, karena kebencian mereka pada polisi sudah membuncah, akibat meninggalnya seorang warga mereka dan luka-luka akibat bentrok sama polisi,’’ kata Ambo.
Rumah Anggota Dewan Terbakar
Hingga kemarin kondisi Desa Koto Cengar Kecamatan Kuantan Mudik masih mencekam. Sekitar pukul 16.00 beredar informasi rumah anggota DPRD Kuantan Singingi, Jufrizal SE, terbakar.
Tidak ada warga yang berani menyebutkan apa penyebab terjadinya kebakaran. Camat Kuantan Mudik, Eprizon Marzuki AP MSi, menyebutkan, saat rumah Jufrizal itu terbakar, kondisi rumah itu dalam keadaan kosong.
‘’Kita dapat informasi dari warga bahwa rumah Pak Jufrizal memang terbakar saat itu. Ketika itu saya sedang mendampingi tim independen polda Riau yang meninjau lokasi bentrokan, sementara warga berkumpul di rumah duka,’’ ujar Eprizon kepada Riau Pos Rabu (9/6).
Selain anggota DPRD Kuansing, Jufrizal juga merupakan mantan Kades Cengar. Tidak ada juga satu pun pihak yang bersedia menjelaskan detail penyebab terjadinya kebakaran tersebut.
Disebutkan Eprizon, saat itu rombongan Bupati sudah pulang dari rumah duka. Pihaknya ketika itu berada di lokasi kejadian bersama tim independen dan anggota DPRD Riau komisi B. Pihaknya mendapat informasi dari warga bahwa ada rumah terbakar, lalu langsung ke lokasi kejadian. ‘’Waktu itu kondisi rumah sudah hangus dan warga tak ada di lokasi kejadian. Kita tak tahu pasti kejadiannya seperti apa.Tapi yang jelas saat itu rumah dalam keadaan kosong,’’ ujarnya.
Feri, kakak ipar korban meninggal, Juniar, yang dimintai keterangannya seputar kebakaran rumah wakil rakyat tersebut tidak bersedia berkomentar. ‘’Kita tak bisa menjelaskan, karena tak tahu. Namun yang pasti, memang ada rumah yang terbakar,’’ ungkap dia.
Penjelasan Feri itu juga dibenarkan Ketua KUD Prima Sehati, Ilyas Yakup saat dihubungi. Dia menjelaskan, ada satu rumah terbakar, dan itu adalah rumah salah seorang warga. ‘’Tapi saya belum bisa menjelaskan detailnya, karena saya sendiri di Pekanbaru,” katanya.
Salah seorang tim independen yang diturunkan Polda Riau, Kompol Hendri Dwi Prasetyowanto SIK, saat dikonfirmasi peristiwa kebakaran terhadap rumah salah seorang warga tersebut menyatakan bahwa kejadian itu terjadi pada siang hari. Dia sendiri tidak bersedia memberikan keterangan lebih jauh, karena menurutnya, tidak berwenang untuk menjelaskan. Namun yang pasti, menurut dia, saat ini kondisi di Cengar Kuantan Mudik sudah kembali stabil dan relatif lebih aman.
‘’Masyarakat memang masih banyak berkumpul, tapi tidak ada penyerangan, tidak ada konsentrasi massa yang berlebihan. Kita harapkan kondisi ini tetap bertahan, sehingga proses penyelesaian masalahnya juga bisa cepat terlaksana,’’ ungkap dia.
Warga Beberkan Peristiwa
Masyarakat Kenegerian Cengar yang terdiri dari Desa Koto Cengar dan Desa Seberang Cengar, Kecamatan Kuantan Mudik akhirnya membeberkan peristiwa tragis berdarah yang dialami warga dalam insiden berdarah Selasa (8/6) lalu. Selain tertembak, ternyata sejumlah warga juga mengaku disiksa dan dipukul dengan benda keras.
Hal itu terungkap dalam pertemuan wartawan bersama warga yang berlangsung hingga pukul 24.00 WIB dini hari tadi di Simpang Empat Cengar. Pertemuan itu dihadiri langsung Camat Kuantan Mudik Efrizon Marzuki AP MSi, Danramil Kuantan Mudik Kapten M Husni, Danramil Kuantan Tengah Kapten Samosir dan kepala desa, tokoh masyarakat dan puluhan warga setempat.
Menurut pengakuan warga, korban pemukulan itu setidaknya dialami 11 orang warga kedua desa Kenegerian Cengar Kecamatan Kuantan Mudik ini. Ke-11 orang warga yang ditangkap dan mendapat penganiayaan, yakni Aan, Baktiar, M Nasir, Hamisar, Eldisel, Rusman, Risman Susman Agun, Fariman dan sejumlah rekannya.
Sebagaimana dibeberkan Hamisar, saat terjadi kerusuhan dirinya baru kembali dari kebun bersama istrinya. Mendengar letusan senapan, Hamisar yang berboncengan dengan isterinya tidak melarikan diri. Namun malang, ayah dua anak itu ditangkap dan dihajar lelaki berpakaian preman tapi bersenjata api.
‘’Tidak tanggung-tanggung saya disiksa hingga bibir saya robek. Bahkan bagian belakang tubuh saya dipukuli hingga lebam,’’ kata Hamisar seraya menunjukkan bekas lebam di punggungnya.
Eldisel yang ditangkap dalam kebun sawit mengungkapkan, saat peristiwa itu terjadi dia melarikan diri ke dalam kebun sawit warga. Namun malang lagi, dalam kebun sawit dirinya dihajar lelaki berpakaian preman tapi bersenjata api. Eldiser langsung memperlihatkan bekas siksaan yang dialaminya dalam kebun sawit. Bagian perutnya luka dan lebam.
Seorang wanita bernama Otiang juga mengisahkan kalau dirinya melihat langsung saudara lelakinya Sabarudin dihajar lelaki berpakaian preman tapi bersenjata api di dalam kebun sawit. ‘’Kakak saya dihajar habis-habisan, kepalanya dipukul dengan gagang pistol. Tubuhnya diinjak-injak,’’ kata Otiang.
Agun juga mengisahkan kisah tragis yang dialaminya dalam insiden berdarah Desa Cengar Selasa lalu. Menurut Agun, dia baru kembali dari kebun. Tapi malang tiba-tiba lelaki tak dikenal berpakaian preman menghajar bagian dahinya. Akibatnya dahi lelaki tua itu mengalami luka robek.
Kepala Desa Koto Cengar, Doni, kepada Riau Pos mengungkapkan amarah warga baru terlihat setelah seorang warga Disman tumbang diterjang peluru. Padahal sebelumnya warga tidak memberikan perlawanan, meskipun aparat polisi berulangkali melepaskan tembakan peringatan. Bahkan polisi sengaja melintangkan mobil patroli Polsek Kuantan Mudik untuk menghalangi arus balik massa.
‘’Warga saya dari kebun mau pulang ke desa. Tapi di jalan dihadang polisi,’’ kata Doni.
Dimakamkan
Kemarin siang, juga dilakukan pemakaman jenazah Juniar (48), salah seorang warga yang menjadi korban tertembak pada bentrok berdarah di Cengar. Prosesi pemakaman dihadiri oleh ratusan warga. Kondisi ini memang sempat memancing emosi warga, hanya saja, tidak sampai pada hal-hal yang bersifat anarkis.
‘’Kami sekeluarga memang datang khusus untuk menyalatkan anggota keluarga kami yang meninggal karena bentrokan ini,’’ sebut Feri.
Pada saat disemayamkan di rumah duka, juga sempat hadir di tengah masyarakat Bupati Kuantan Singingi Sukarmis, Wakil Bupati Mursini juga Sekda Kuansing Zulkifli MSi. Bupati dalam kesempatan itu meminta supaya masyarakat bersabar dan bisa menyelesaikan masalah ini secara musyawarah dengan mengembalikan penyelesaiannya pada kesepakatan awal.
Peristiwa kebakaran rumah Jufrizal sendiri, berdasarkan informasi warga, tepat terjadi pada saat Bupati dan rombongan sedang melayat di rumah duka. Tidak ada banyak pihak yang memberikan penjelasan terkait masalah ini.
Jufrizal dan keluarga sendiri, pada saat kejadian tidak berada di rumah tersebut. Berdasarkan keterangan sejumlah tetangga, Jufrizal memang sudah tidak berada di rumah semenjak dua hari terakhir. Saat dihubungi Jufrizal juga tidak bersedia berkomentar.
Cegah Konflik Horizontal
Dari hasil pertemuan tokoh masyarakat itu ada beberapa langkah penyelesaikan konflik di Kuansing. Menurut Ketua Harian IKKS Pekanbaru, Endiarto Ustha, persoalan ini jangan sampai terjadi konflik horizontal dan ini harus diantispasi sekarang.
Pihaknya meminta bantuan dan juga pendapat Korem akan atas kejadian ini. Bahkan tokoh masyarakat Kuansing yang ada di Pekanbaru, pagi ini turun langsung ke Kuansing.
‘’Kita minta anggota TNI untuk mengambil alih konflik, karena masyarakat masih marah dengan kepolisian. Kita ingin ada orang netral di masyarakat sehingga konflik ini bisa reda,’’ kata Endrianto.
Pihaknya juga akan melaporkan ini ke Komnas HAM karena sepertinya ada pelanggaran. Bahkan di lokasi kejadian ditemukan proyektil peluru dan selongsong peluru yang masih aktif, ditambah lagi video rekaman tindakan polisi terhadap warga dan data penunjang lainnya. Kepada Pemkab Kuansing juga diminta untuk bertanggung jawab secara moral pada masyarakatnya, agar hal ini tidak terjadi di masa mendatang.(dac/bud/*3/rul/muh/hbk)Source: Riaupos.com